89 Tahun Tanpa Khilafah - Jumat, 08 Maret 2013 pukul 16.15 bertempat di depan Ruang LT. 3 Unhas, Gerakan Mahasiswa Pembebasan kembali mengadakan dialog terbuka untuk kesekian kalinya. Kurang lebih 20an peserta tampak memadati halaman LT.3. Tema yang diangkat dalam dialog pembebasan seri ke 40 ini adalah “89 tahun tanpa KHILAFAH”. GP sengaja mengangkat tema ini sebagai bentuk refleksi atas runtuhnya perisai kaum muslim ini di tahun 1924.
Dialog pembebasan kali ini difasilitasi oleh Annas Hawa. Sebelum dialog berjalan lebih lanjut, fasilitator memberikan preview atas tema yang diangkat. Beliau memaparkan garis besar mengapa negeri adidaya ini bisa runtuh. “3 Maret tepatnya tahun 1924, negeri Khilafah resmi diruntuhkan oleh penghianat Islam Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Turki) La’natullah,” pungkasnya. Bukan sekedar mengenang, namun mengambil makna agar memahami apa obat bagi kehancuran Khilafah Islam yg pernah menaungi seluruh Muslim. Meniti sejarah memahami kesalahan masa lalu untuk jadi amaran bagi jalan yang dibangun di masa depan ketika menyambut kembalinya Khilafah.
“Sebagaimana kita ketahui matinya manusia saat khilafah tidak ada, maka matinya mati jahiliyyah, namun berbeda dengan orang yang memperjuangkannya, pun haram tidak memiliki khalifah setelah 3 hari,” kata Annas mahasiswa Geofisika angkatan 2012. Peradaban itu seperti pendulum, awalnya tak terorganisir, lalu menjadi rapi, dan kembali lagi rapuh. Begitu pula Islam, setelah menikmati zaman keemasan (Islamic Golden Age) pada kurun 750-1500, dari sana perlahan mengalami degradasi.
Diskusi makin asyik ketika pertanyaan dilontarkan ke forum. Ada oknum yang berpendapat bahwa negeri kita juga negara Islam, sebab kita masih bisa sholat, puasa dan ibadah lain, berbeda dengan muslim di negara Myanmar sana, sholat pun dilarang. Apakah ini bisa disebut negeri Khilafah (Islam). Arif menjawab,”pertama kita harus mengetahui dulu arti hakiki Khilafah. Khilafah adalah kemimpinan seluruh kaum muslimin yg dipimpin oleh satu pemimpin yang melakasanakan hukum islam secara utuh tanpa memandang lagi sekat-sekat geografis (seperti yang terjadi sekarang). Maka dari itu negeri kita tidak bisa dikatakan sebagai negeri Khilafah Islam, pun sama dengan negara Arab, tidak ada satupun negara di dunia ini yang bisa dikatakan sebagai negara Islam.”
Dihidangkannya snack and soft drink oleh panitia membuat dialog antar mahasiswa makin seru. Secara internal ada 3 sebab runtuhnya Khilafah, 1) Ditinggalkannya bahasa arab, 2) Berhentinya jihad, 3) Lemahnya pemahaman ummat Muslim, dan secara eksternal 4) Serangan fisik kaum kuffar, 5) Pengaruh pemikiran asing seperti nasionalisme, liberalisme dll. Dan pengaruh dari hilangnya Khilafah ini sangat besar, sebagaimana kata Rasulullah “Imam itu laksana perisai (bagi ummat Muslim)”.Maka sekarang ummat Islam bagaikan anak ayam tanpa induk, berperang tanpa perisai, sehingga dihinakan dan menghinakan dirinya. Secara ekonomi, politik, soasial-budaya mereka terjajah, baik imperialisme fisik ataupun neo-kolonialisme, terjadi saat ini.
Dialog ditutup dengan closing statement dari ketua GP Komsat Unhas. “Mari kita berjuang bersama tuk menggapai kemenangan Islam yang Allah janjikan, yakni tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyyah berdasarkan metode kenabian. Perjuangan dakwah ini murni hanya untuk mendapatkan ridho Allah swt. Dan hanya dengan solusi inilah kehidupan ummat betul-betul sejahtera.” Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah. Sembari peserta meneriakkan takbir. “Allahuakbar”. [Imam G.M.]
Diskusi makin asyik ketika pertanyaan dilontarkan ke forum. Ada oknum yang berpendapat bahwa negeri kita juga negara Islam, sebab kita masih bisa sholat, puasa dan ibadah lain, berbeda dengan muslim di negara Myanmar sana, sholat pun dilarang. Apakah ini bisa disebut negeri Khilafah (Islam). Arif menjawab,”pertama kita harus mengetahui dulu arti hakiki Khilafah. Khilafah adalah kemimpinan seluruh kaum muslimin yg dipimpin oleh satu pemimpin yang melakasanakan hukum islam secara utuh tanpa memandang lagi sekat-sekat geografis (seperti yang terjadi sekarang). Maka dari itu negeri kita tidak bisa dikatakan sebagai negeri Khilafah Islam, pun sama dengan negara Arab, tidak ada satupun negara di dunia ini yang bisa dikatakan sebagai negara Islam.”
Dihidangkannya snack and soft drink oleh panitia membuat dialog antar mahasiswa makin seru. Secara internal ada 3 sebab runtuhnya Khilafah, 1) Ditinggalkannya bahasa arab, 2) Berhentinya jihad, 3) Lemahnya pemahaman ummat Muslim, dan secara eksternal 4) Serangan fisik kaum kuffar, 5) Pengaruh pemikiran asing seperti nasionalisme, liberalisme dll. Dan pengaruh dari hilangnya Khilafah ini sangat besar, sebagaimana kata Rasulullah “Imam itu laksana perisai (bagi ummat Muslim)”.Maka sekarang ummat Islam bagaikan anak ayam tanpa induk, berperang tanpa perisai, sehingga dihinakan dan menghinakan dirinya. Secara ekonomi, politik, soasial-budaya mereka terjajah, baik imperialisme fisik ataupun neo-kolonialisme, terjadi saat ini.
Dialog ditutup dengan closing statement dari ketua GP Komsat Unhas. “Mari kita berjuang bersama tuk menggapai kemenangan Islam yang Allah janjikan, yakni tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyyah berdasarkan metode kenabian. Perjuangan dakwah ini murni hanya untuk mendapatkan ridho Allah swt. Dan hanya dengan solusi inilah kehidupan ummat betul-betul sejahtera.” Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah. Sembari peserta meneriakkan takbir. “Allahuakbar”. [Imam G.M.]
If you Like This Article,Then kindly linkback to this article by copying one of the codes below.
URL Of Post:
Paste This HTML Code On Your Page:
Tags: Dialog Pembebasan