Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah" (TQS. Ali Imran [3]:10) :::::::: "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada al-khoir (Al-Islam), menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (TQS. Alim-Imran [3]:104):::::::: Sesungguhnya Allah menyukai orang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (TQS. Ash-Shaff [61]:4)

Sabtu, 20 April 2013

Meningkatkan Kualitas Kepribadian Islam

Diposting oleh Unknown at 04.29

Get free daily email updates!

Follow us!

Tsaqafah - Dalam membahas dan mengungkap kepribadian manusia telah banyak dilakukan oleh manusia. Kepribadian manusia menjadi teka-teki tersendiri bagi mereka. Kepribadian ini telah banyak dikaji oleh orang-orang Barat hingga Islam pun mengkaji permasalah demikian.

Kepribadian manusia penting untuk diidentifikasi pasalnya ini menjadi misteri kenapa manusia melakukan sesuatu dan dengan ini pula kita dapat merubah suatu kaum. Kepribadian manusia salah satunya telah dirumuskan dengan cemerlang oleh salah satu ulama Islam dewasa ini dengan sangat gamblang yaitu Syaikh Taqiyuddin An Nabhani.  Menurut syaikh Taqiyuddin An Nabhani bahwa kepribadian (syakshyiah) dibentuk dari pemikiran (aqliyah) dan perasaan (nafshiyah) seseorang. Jadi, unsur pembentuk sebuah kepribadian seseorang adalah pemikiran dan perasaan.

Sehingga dengan definisi ini, maka akan dikenal secara umum kepribadian yaitu kepribadian yang Islami, kepribadian unik (amburadul) dan kepribadian yang tidak Islami. Kepribadian yang unik (amburadul) sebenarnya termasuk kepribadian yang tidak Islami pasalnya dalam kepribadian yang unik biasanya tidak terjadi perpaduan sumber yang sama antara pemikiran dan perasaan. Pemikiran dan perasaannya berasal dari sumberyang berbeda. Misalnya, seseorang yang memiliki perasaan yang Islami tetapi pemikirannya mengambil atau bersandar pada Kapitalisme-Sekularisme maupun Materialisme-Sosialisme.

Sedangkan kepribadian yang tidak Islami adalah kepribadian yang pemikiran dan perasaannya tidak bersumber pada Islam. 

Sebenarnya akan sangat penting mengetahui dan membahas kepribadian ini. Karena ini yang akan menentukan pola pikir seseorang hingga akhirnya akan menentukan pola sikap dan tindakan seseorang. Ini pula akan berimplikasi lebih lanjut terhadap bagaimana seseorang menghukumi sebuah fakta atau benda yang sedang menjadi objek pemikirannya.

Untuk membangun pondasi kuat pemikiran yang Islami harus dilandasi dengan akidah Islam yang dapat dilakukan dengan cara berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional sebenarnya berpikir menurut kaidah berpikir yang benar karena melibatkan 4 elemen berpikir yaitu adanya fakta yang bisa diindera, adanya alat indera yang normal, ada otak yang sehat, dan ada informasi awal terhadap fakta yang menjadi objek berpikir.

Dalam Al Quran sebenarnya juga telah memberikan sinyalimen dan indikasi yang kuat mengenai cara berpikir seperti ini. Dalam Al Quran kita sebagai manusia selalu diseru oleh Allah SWT untuk selalu memperhatikan penciptaan langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran dari Allah SWT. Inilah cara yang berpikir yang benar menurut Al Quran. Sehingga dari proses berpikir inilah kita dapat menghubungkan antara manusia, kehidupan, dan alam semesta dan hubungannya terhadap sebelum dan sesudah kehidupan ini.

Setelah kita membangun pondasi yang kuat dalam membangun akidah Islam maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengikat diri kita dengan hukum-hukum Syara' dari Allah SWT. Mengikat diri dari Hukum Syara' adalah sebagai konsenkuensi logis dari keberimanan kita kepada Allah SWT. Mengikat diri dalam ketaatan dalam bentuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan adalah sebuah pengakuan, keyakinan yang tunduk terhadap kebesaran dan ke-Maha Kuasaan Allah SWT.

Kemudian langkah terkahir yang kita lakukan adalah dengan cara menjaga serta meningkatkan kualitas kerpribadian Islam. Bagian inilah sebanarnya yang menjadi inti dari artikel ini. Bagaimana setelahnya kita mampu untuk senantiasa meningkatkan kualitas kepribadian Islam kita. Olehnya itu, diperlukan upaya sadar dari awal untuk berkomitmen senantiasa belajar terus menerus dalam meningkatkan tsaqafah (pemahaman) Islam kita.

Kemampuan tsaqafah Islamiyah seseorang akan sangat ditentukan ke depannya oleh kemampuan intelektual, daya ingat dan kesungguhan seseorang untuk selalu meng-up date dan meng-up grade tsaqafahnya.Inilah yang akan membedakan nantinya antara individu satu dengan individu yang lain.

Sedangkan untuk perasaan atau nafsiyah Islamiyah hanya dapat ditingkatkan dengan cara selalu membiasakan naluri dan kebutuhan jasmani kita untuk selalu mengikut dengan ketentuan Syara'. Oleh karena itu memang untuk meningkatkan kualitas nafsiyah Islamiyah kita maka kita harus senantiasa hidup dalam suasana keimanan, seperti memperbanyak amalan-amalan sunnah, membaca dan memahami isi Al Quran (tadabbur), membaca sirah Nabi SAW dan para sahabat untuk mendapatkan dan memberikan inspirasi bagaimana contoh agung ketaatan seorang hamba kepada Tuhan-nya, khusyu' dalam Sholat, serta selalu menyempatkan diri untuk melaksanakan Qiyamul Lail. Selain itu, hendaknya pula kita selalu bergaul dengan orang-orang sholeh untuk sedapat mungkin menjaga suhu keberimanan kita dan hidup dalam suasana atau lingkungan yang penuh dengan keshalihan. Ini merupakan langkah yang akan menunjang dalam meningkatkan kualitas kepribadian Islam kita. Wallahu A'lam...

If you Like This Article,Then kindly linkback to this article by copying one of the codes below.

URL Of Post:



Paste This HTML Code On Your Page:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Have any question? Feel Free To Post Below:

No Spam...!
No Pornography...!
No Sukelarism...!
No Capitalism....!
No Liberalism...!
No Socialism...!
No Nationalism....!

 

Hadist

Dari Abi Nadhrah berkata: "Kami sedang berada bersama Jabir bin Abdullah, rodhiyallahu 'anhuma, dia berkata. (Rasuulullah Saw Bersabda) : "Hampir saja tidak boleh dibawa masuk ke negeri Iraq (diboikot) makanan sepotong roti-pun (qafizh), diboikot pula masuknya dirham,". Kami lalu bertanya kepada beliau, "Dari mana (bangsa) yang melakukan demikian?" Dia menjawab, "Orang orang 'Ajam (non Arab. Red. Amerika) yang memmboikotnya".
Kemudiannya Beliau berkata lagi, " Hampir–hampir saja tidak boleh dibawa masuk sekeping dinar kepada penduduk Syaam, tidak boleh pula dibawa masuk (diboikot) kepada penduduk Syaam se-takar-an makanan pun (mudyun)." Kami bertanya lagi, "Dari mana (bangsa) yang melakukan demikian? Beliau menjawab, "Dari bangsa Ruum. (Note : kita tahu Israel adalah imigran dari Ruum, utamanya dari Eropa, yang datang menjajah Palestine sejak tahun 1917). Kemudian diam sejenak.
Lalu dia berkata, Bersabda Rasuulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Akan segera tegak berdiri di akhir Ummat-Ku seorang Kholiifah (red. Beberapa saat, setelah pemboikotan itu terjadi), Kholifah akan membagi bagikan harta, dengan tanpa menghitung-hitung jumlahnya. (Shohih Muslim : 5189)

Dari Nu'man bin Basyir: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Masa Kenabian itu berlangsung di tengah-tengah kalian selama yang dikehendaki Allah, kemudian Dia mengangkatnya bila Ia hendak mengangkatnya. Kemudian berlangsung masa khilafah di atas manhaj kenabian selama yang dikehendaki Allah, kemudian Dia mengangkatnya bila Allah hendak mengangkatnya. Kemudian berlangsung masa kerajaan yang menggigit selama yang dikehendaki Allah, kemudian Dia mengangkatnya bila Dia hendak mengangkatnya. Kemudian berlangsung masa kerajaan yang sewenang-wenang selama yang dikehendaki Allah, kemudian Dia mengangkatnya bila Ia hendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah di atas manhaj kenabian." Kemudian beliau diam. [HR. Ahmad IV/273, Al-Baihaqi]