Makassar (05/12/2012), tidak kurang 30 orang mahasiswa mengikuti Diskusi Panel DIALOGIKA edisi ke-7 yang merupakan agenda bulanan dari Gema Pembebasan (GP) Komisariat Universitas Hasanuddin.
Kegiatan yang dilaksanakan di pelataran baruga A.P Pettarani Unhas ini dimulai pada pukul 16.15 hingga pukul 17.45 wita. Dialog yang bertemakan “Ilusi Negra Demokrasi” menghadirkan tiga pembicarai yakni, Marwan (HIMAPOL Unhas), Rizal Fauzi (IMM Eksotik Unhas), Ahmad Masri (Gema Pembebasan Komsat Unhas) dan bertindak sebagai moderator Indrawirawan. Dalam diskusi ini ternyata demokrasi yang memiliki makna “Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” merupakan sistem yang cacat karena dalam praktiknya tidak sesuai dengan konsepnya melainkan hanya golongan tertentu yang menikmatinya. Sistem demokrasi yang dianut di Indonesia adalah sistem demokrasi Pancasila merupakan biang permasalahan di negeri ini karena terbukti sistem demokrasi tidak melahirkan pemimpin yang berkualitas dan hanya melahirkan pemimpin yang mempunyai popularitas.
Kegiatan yang dilaksanakan di pelataran baruga A.P Pettarani Unhas ini dimulai pada pukul 16.15 hingga pukul 17.45 wita. Dialog yang bertemakan “Ilusi Negra Demokrasi” menghadirkan tiga pembicarai yakni, Marwan (HIMAPOL Unhas), Rizal Fauzi (IMM Eksotik Unhas), Ahmad Masri (Gema Pembebasan Komsat Unhas) dan bertindak sebagai moderator Indrawirawan. Dalam diskusi ini ternyata demokrasi yang memiliki makna “Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” merupakan sistem yang cacat karena dalam praktiknya tidak sesuai dengan konsepnya melainkan hanya golongan tertentu yang menikmatinya. Sistem demokrasi yang dianut di Indonesia adalah sistem demokrasi Pancasila merupakan biang permasalahan di negeri ini karena terbukti sistem demokrasi tidak melahirkan pemimpin yang berkualitas dan hanya melahirkan pemimpin yang mempunyai popularitas.
Dalam pemaparannya baik Marwan maupun Rizal, keduanya senada bahwa belum ada cerminan demokrasi yang ada didunia ini apatah lagi diIndonesia. Menurut Rizal juga, ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Eksotik Unhas bahwa “pandangan kami dari IMM menganggap demokrasi boleh diadopsi oleh umat Islam karena sama saja dengan Musyawarah” katanya. Sedangkan pada kesempatannya Ahmad Masri walaupun meng-iyakan bahwa demokrasi hari ini belum nampak ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, dia juga menambahkan bahwa demokrasi memang tidak pantas kita gunakan, sebuah sistem dimana tidak ada standar benar dan salah, semua tergantung keinginan manusia (suara rakyat). Demokrasi memang indah ketika kita belum menganal Islam. Islam menanggap bahwa hak untuk membuat aturan hidup (kedaulatan) hanyalan milik Allah sang-Pencipta. Dan faktanya ketika aturan yang diterapkan oleh manusia yang serba terbatas dan sarat akan kepentingan, terciptalah tatanan masyarakat yang kacau balau.
Pernyataan oleh Rizal yang mengatakan bahwa beberapa negara bisa maju karena demokrasi seperti Amerika, beberapa negara eropa dan juga jepang dibantah dengan melihat bahwa standar kesejahteraan selain terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan umum, dua hal juga yang tidak beloh dilupakan ; sifat keberlanjutan masa depan dan efek samping global. Sedang nyata didepan mata kita bahwa Amerika sedang terancam oleh dirinya sendiri. Diperparah lagi ketika kita melirik interaksi sosial yang ada disana, begitupun Jepang dan negara-negara pemuja demokrasi lainnya.
Diakhir kata, Marwan perwakilan Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Unhas mengungkapkan bahwa dia tidak menolak ajaran Islam termasuk tegaknya Khilafah Islam dengan syarat bahwa rakyat sendiri sudah siap akan hal itu. Mananggapi hal tersebut, Ahmad Masri mengatakan bahwa disinilah posisi kita sebagai agen perubah dalam masyarakat dan Gerakan Mahasiswa hadir untuk menjadi garda terdepan dalam mempersiapkan transformasi tersebut. Perubahan dari masyarakat kufur menjadi masyarakat Islam yang beradab.
Dialogika ini berjalan cukup atraktif terbukti dari banyaknya peserta yang ingin bertanya namun karena keterbatasan waktu sehingga hanya terpilih 3 pertanyaan yang mewakili peserta lainnya. Di akhir diskusi moderator menarik kesimpulan bahwa negara kita tidak dalam keadaan baik-baik saja sehingga kita perlu bangkit dari keterprukan ini dengan mengganti sistem demokrasi dan menegakkan ideologi islam di bawah naungan Daulah Khilafah yang sesuai manhaj kenabian. [Okto]
If you Like This Article,Then kindly linkback to this article by copying one of the codes below.
URL Of Post:
Paste This HTML Code On Your Page:
Tags: Dialogika, Program Rutin